Suluah.id -- Wisuda sebagai simbol mengakhiri jenjang pendidikan di Universitas sudah menjadi cita-cita bagi banyak orang, terlebih lagi jika wisuda mendapat nilai kelulusan yang sangat baik.
Ada suatu rasa kesakralan ketika momen pemindahan jambul toga dilakukan oleh Rektor yang biasa terjadi pada umumnya.
Namun ketika wisuda harus "dipaksa" melewati cara daring, tentunya rasa kesakralan tersebut menjadi kurang karena seremoni nan penuh rasa haru tersebut tidak bisa dilakukan dengan adanya pandemi covid19 yang tengah berlangsung sejak beberapa bulan silam ini.
Ahmad Krismon, salah satu wisudawan Diploma tiga asal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Bukittinggi, harus menaiki punggung perbukitan di kawasan "kelok hp" di jorong Sungai Guntuang, Nagari Pasia Laweh, Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (27/8/20) pagi.
Dengan di antar oleh kakaknya menggunakan sepeda motor dari rumahnya yang berjarak sekitar 2 kilometer, sejak pukul 7 pagi ia dengan gawainya bersiap mengikuti seremoni wisuda daring yang dilakukan kampusnya ini.
Ahmad Krismon, salah satu wisudawan Diploma tiga asal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Bukittinggi, harus menaiki punggung perbukitan di kawasan "kelok hp" di jorong Sungai Guntuang, Nagari Pasia Laweh, Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (27/8/20) pagi.
Dengan di antar oleh kakaknya menggunakan sepeda motor dari rumahnya yang berjarak sekitar 2 kilometer, sejak pukul 7 pagi ia dengan gawainya bersiap mengikuti seremoni wisuda daring yang dilakukan kampusnya ini.
Berbekal baterai telepon pintarnya yang sudah di cas sejak semalam,ia antisipasi agar saat sakral tersebut tidak kehabisan baterai mengingat lamanya proses seremonial wisuda tersebut.
"Tadi saya minta tolong ke saudara agar jemput power bank untuk jaga-jaga", Ungkap Momon sapaan akrab pria 22 tahun ini.
Sekitar pukul 10 pagi, dari lebih seribuan wisudawan daring hari ini, akhirnya nama Momon dipanggil pembawa acara melalui saluran daring yang sudah diikuti sejak pagi tadi. Langsung berdiri dan sang ayah yang juga sejak pagi mendampingi, langsung memindahkan jambul toga layaknya wisuda pada umumnya. "Susah tapi mau bagaimana lagi, kondisinya sudah begini,namun tetap bahagia", Ujar Nasir sang ayah Momon.
Momon berhasil menamatkan pendidikan D3 nya dengan IPK 3,46 berpredikat sangat memuaskan ini meski wisuda dengan daring, namun berencana akan segera mencari pekerjaan sembari melanjutkan pendidikan sarjananya, kelak. "InsyaAllah dalam waktu dekat saya cari kerja di Bukittinggi sambil sekolah lagi", Tambah bungsu 6 saudara ini.
Di daerah ini, satu-satunya lokasi yang ada sinyal seluler adalah kawasan yang dijuluki warga sebagai kelok hp. Tempat sehari hari warga bisa terkoneksi dengan dunia luar dengan internet. Sejak viralnya poto siswa belajar daring mencari sinyal demi tugas sekolah bahkan ujian setelah sekolah daring diterapkan oleh Kementiran Pendidikan beberapa waktu lalukarena masih dalam suasana pandemi covid19.(rilis)
Momon berhasil menamatkan pendidikan D3 nya dengan IPK 3,46 berpredikat sangat memuaskan ini meski wisuda dengan daring, namun berencana akan segera mencari pekerjaan sembari melanjutkan pendidikan sarjananya, kelak. "InsyaAllah dalam waktu dekat saya cari kerja di Bukittinggi sambil sekolah lagi", Tambah bungsu 6 saudara ini.
Di daerah ini, satu-satunya lokasi yang ada sinyal seluler adalah kawasan yang dijuluki warga sebagai kelok hp. Tempat sehari hari warga bisa terkoneksi dengan dunia luar dengan internet. Sejak viralnya poto siswa belajar daring mencari sinyal demi tugas sekolah bahkan ujian setelah sekolah daring diterapkan oleh Kementiran Pendidikan beberapa waktu lalukarena masih dalam suasana pandemi covid19.(rilis)