Suluah.id -- Investasi usaha Badan Cadangan Logistik Strategis (BCLS) yang dikelola Kementerian Pertahanan (Kemenhan) di Sumatera Barat hanya cocok untuk usaha tanaman singkong dan jagung. Sementara lahan untuk tanaman padi di Sumbar sudah maksimal karena berkaitan dengan pengairan dan ketersedian lahan ada aliran airnya.
Hal ini diungkap Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno dalam rapat dengan Kepala Kanwil Kemenhan Sumbar bersama OPD terkait diruangan kerja gubernur, Kamis (27/8/2020).
Hadir dalam kesempatan tersebut Plh Sekdaprov Drs.Nasir Ahmad, MSi, Kadis Pertanian, Kadis Lingkungan Hidup, Ka Balitbang, Kadis Kehutanan, Utusan BPN Sumbar, Plt. Kabiro Humas, Utusan Bappeda Sumbar, serta beberapa pejabat dilingkup Kemenhan Sumbar.
Lebih lanjut Gubernur Sumbar menyampaikan investasi dalam usaha pertanian padi tentunya tidak akan memberikan keuntungan yang lebih karena lahan pertanian Sumbar yang berjenjang dan kecil-kecil serta lahan ketersediaan air yang ada.
“Untuk usaha investasi pertanam padi di Sumbar sudah maksimal tidak bisa ditambah lagi. Hal ini juga ada program pembukaan cetak sawah baru dengan dana 19 juta perhektar saat ini hampir tidak ada kabupaten yang mau mengambil. Ini menandakan lahan persawahan sudah maksimal dan diketahui juga Sumbar sudah swasembada pangan dalam kurun 10 tahun terakhir ini,” ujar Irwan Prayitno.
Irwan juga menyampaikan akan tetapi lahan kosong masih banyak, namun persoalan daerah lahan tersebut milik tanah ulayat, maka jika ada investasi tataman pangan ini tentu lebih dekat dengan budaya Sumbar bagi hasil atau “disapatigokan”.
“Diharapkan kemenhan dalam memberikan gambaran terhadap program BCLS soal lahan lakukan invesgasi kelapangan dahulu bersama dinas terkait, agar terlihat gambaran realita yang ada, kawatir nanti tidak membawa keuntungan bagi pihak yang mengelola BCLS ini,” pintanya.
Kakanwil Kemenhan Choirul M juga menyampaikan, konsep rancangan Perpres BCLS dengan tugas merumuskan dan mengkoordinasikan perencanaan perumusan, pelaksanaan, pengendalian dan evaliluasi cadangan logistik strategis untuk pertahanan negara.
“Adapun yang mencakup cadangan logistik strategis mencakup, cadangan pangan strategis karbohidrat dan protein. Cadangan farmasi dan alat kesehatan serta obat-obatan, cadangan energi strategis bahan bakar minyak terbarukan,” ujarnya.
Choirul juga katakan, khusus produk singkong Indonesia lebih baik dari negara Thailand 22 ton/ha, China 16 ton/ha, Vietnam 19 ton/ha, sedangkan Indonesia ada 23 ton/ha.
“Singkong sebagai sumber nutri memiliki kansungan makronutren dan mikronutren. Dan di Indonesia lumbung singkong belum mendunia. Dan seiring waktu produksi terus turun karena minimnya investor dan dana bagi Petani,” katanya.
Choirul sampaikan, produk-produk turunan dasar singkong dapat menjadi pasta/mie, tepung tapioka, tepung MOCAF, makanan ternak, mutiara boba, bio plastik, obat-obatan dan biofuel dari akar singkong.
“Produksi singkong dapat kurang jumlah eksport bahan baku tepung dan devisa yang digunakan. Dan produksi singkong untuk 30.000 ha ( 1 pabrik per 30.000 ha dan diperlukan tenaga kerja setingkat 4 batalion. Timeline singkong tahun 2024 menuju pembukaan lahan 1 juta ha,” terangnya.
Kadis Pertania Holtikutural Sumbar Ir.Syafrizal Jejeng juga sampaikan, saat ini lahan yang potensial bagi investor BCLS, aman dan nyaman itu ada 11 ribu ha di ruang silaut Pesisir Selatan dan 54 ribu ha di Siberut kepulau Mentawai.
“Jika ada investor tanaman singkong untuk Sumbar kita akam lakukan peninjau kelapanga menanyakan siapa pemiliknya, luas lahan. Kita tawarkan kerjasama pada lahan kosong mereka untuk membuka kemajuan investasi ini,” katanya.
Namun disisi lain Syafrial mengatakan Jejeng tanaman ketahanan selain padi, adalah jagung dan singkong. Jagung sangat baik dalam perkembangunan ekonomi selain itu padi dan jagung.
“Jagung dapat panen 4 kali setahun, sementara tanaman singkong butuh waktu panen 8 bulan untuk mendapatkan penghasilan, karena itu kita mengarahkan pada tanaman jagung,” ungkapnya. ( Dikutip dari Singgalang)