Ditulis Oleh : Alfendri R Bachtiar |
Suluah.id -- Saya dulu sering mengkritik orang lain, dengan asumsi menurut saya, saya sendiri sudah merasa benar dan orang yang saya kritik salah. Mengapa dulu saya sering mengkritik orang lain? Karena saya percaya dan banyak orang percaya bahwa kritik itu membangun.
Itulah mengapa sering kita mendengar orang berkata tidak apa asalkan Kritik Membangun.
Setelah usia semakin bertambah, dan saya mulai tertarik untuk belajar tentang buku-buku kebijaksanaan, saya terbelalak bahwa sebagian besar buku-buku Wisdom mengatakan bahwa sesungguhnya TIDAK ADA kritik yang MEMBANGUN, semua kritik itu bersifat menghancurkan, merusak dan menekan perasaan orang yang dikritiknya.
Sampai suatu ketika saya membaca buku hasil experimen Masaru Emoto dari Jepang, yang melakukan uji coba nasi/beras yang kemudian diletakkan di dalam toples yang berbeda. Toples yang pertama setiap hari di berikan kritikan terus dan di tempel kertas bertulisan kata yang mengkritik, kemudian toples yang kedua diberi pujian dan motivasi setiap hari.
Dan hasilnya dalam 2-3 minggu, toples pertama yang diberikan kritikan setiap hari membusuk kehitaman sedangkan toples kedua dengan isi yang sama masih berwarna putih bersih tak membusuk.
Penasaran pada penjelasan di buku ini, akhirnya saya meminta para guru di sekolah kami utuk melakukan experimen ini bersama para murid di sekolah. Ternyata benar hasilnya lebih kurang serupa.
Toples yang setiap hari diberikan keritikan oleh murid-murid, lebih cepat rusak, hitam dan membusuk. Dan di sekolah kami mengajarkan para siswa melalui experimen ini agar tidak mengejek, menhujat atau mengkritik sesama teman, dan melatih mereka untuk bicara baik-baik yang tidak mengkritik.
Dan sejak itulah saya belajar untuk tidak mekritik orang lain, terutama anak dan istri saya. Dan percaya atau tidak hasilnya di luar dugaan, saya jadi jauh lebih perhatian dan wajahnya lebih berbinar dan anak-anak saya jauh lebih baik, ganteng, kooperatif dan sayang pada ayahnya.
Apa yang saya ubah dari diri saya sehingga anak dan istri saya berubah?
Saya ganti kalimat saya yang mengkritik istri dan anak saya dengan ucapan terimakasih padanya setiap kali. (*)