Suluah.id -- Pandemi Covid-19 memang merubah segalanya. Cara hidup dan beraktifitas pun ikut terpengaruh, harus berubah. Yang tidak mau berubah, bakal ditinggal atau dikenai sangsi.
Semuanya karena untuk kesehatan. Yang erat kaitannya dengan masalah hidup dan mati. Karena Pandemi ini terjadi secara global, maka hampir tak ada alasan untuk membantahnya.Alhasil, kepedulian dan perhatian masyarakat untuk kesehatan pun meningkat.
Dampak Pandemi juga merambah kepada kehidupan wanita. Angka pernikahan dini di Indonesia melonjak selama masa Pandemi Covid-19. Peningkatan angka pernikahan dini di masa pandemi Covid-19 salah satunya ditengarai akibat masalah ekonomi.
Dalam kurun waktu Januari hingga Juni tahun 2020, Badan Peradilan Agama Indonesia telah menerima sekitar 34.000 permohonan dispensasi kawin yang diajukan mereka mereka yang belum berusia 19 tahun.
Tak hanya pernikahan dini, Angka perceraian juga meningkat akibat pandemi Covid-19 . Direktorat Jenderal Badan Pengadilan Mahkamah Agung Republik Indonesia (Dirjen Badilag MARI) Aco Nur menduga hal itu dilatarbelakangi faktor ekonomi.
Dan mayoritas penggugat cerai yang masuk dalam daftar pengadilan agama adalah istri, yang dilandasi faktor ekonomi.
Rupanya Pandemi berdampak pada ekonomi. Dan ekonomi berdampak pada meningkatnya pernikahan dini dan istri yang minta cerai.
Namun, dampak Pandemi ternyata juga mendorong masyarakat untuk kembali ke kehidupan yang alami. Back to Nature !
Banyak ibu-ibu yang menggandrungi bertanam bunga di rumahnya. Bunga yang dulu dianggap tidak laku, kini mulai berharga.
Tak hanya bunga saja, penjual pot dan pupuk tanaman juga merasakan dampak manis dari demam "tanam bunga" ini.
Meski pandemi, penjualan pot bunga meningkat menyusul kembali ramainya trend menanam bunga.
Banyak penjual pot bunga mengaku bisa maraup keuntungan hingga 3 kali lipat dari penjualan sebelum Pandemi Covid-19.
Berbagai jenis pot bunga dijajakan, mulai dari yang ukuran kecil hingga yang paling besar.Harganya bervariasi, tergantung bentuk dan ukuran, mulai dari Rp5 ribu hingga Rp300 ribu.
Dari pengamatan di lapangan, pot bunga yang paling banyak diburu warga dan paling laris yaitu berbahan platik dan bisa digantung. Karena selain bisa digantung, pot ini ringan serta tahan lama.
Ada alasan lain dari para ibu-ibu mengapa gemar bertanam bunga saat ini. Kegemaran memelihara bunga rupanya muncul saat pandemi covid-19, karena lebih sering berada di rumah.
Covid-19 mengharuskan mereka untuk sementara berada di rumah, dan waktu lapang itu dimanfaatkan dengan menanam bunga.
Biar tidak stres katanya. Dengan tidak stres, rumah tangga bisa tenang. Setidaknya bunga bisa membantu menurunkan angka perceraian dalam hal ini.(*)
Ditulis oleh : Budi Rajobujang