Iklan

"Atah", Sebuah Pelajaran Hidup

Admin
29 Oktober 2020, 13:07 WIB

  


Ditulis oleh : Abrar Katik Batuah


Suluah.id -- Atah sering  menjadi satu kata sarat makna. Kenapa atah ? Dialah yang berhasil berkelindan dan bergelombang -bahkan bergelora dari tahap ke tahapan tingkat atau "derajat "apa sebab setiap proses atau tahapan. Atah berhasil keluar sebagai peserta "lulus seleksi ".


Sedikit mari kita lihat kelincahannya, ketika petani mengambil bibit dia seleksi untuk mendapatkan bibit unggul. Ada ikhtiar membuncah di batin petani ketika bibit unggul tentu hasil berlipat ganda. 


Lalu adakah atah lolos seleksi ? Tidak, kenapa karena dia tidak berhasil berkelindan /bergelora saat "petani ingin cari bibit unggul".


Bibit sudah disemai tumbuh hijau menyapa petani, secercah harapan tertumpang kepada benih. Lahanpun sudah diolah, pupuk pun sudah disediakan. Segala keperluan sudah disiapkan. Benih siap tanam di hamparan yang sama perlakuan sama, air sama tumbuh di hamparan yang sama oleh petani yang sama. Semua proses dilalui. 


Namun di dalam satu bibit, satu hamparan, satu perlakuan, satu rumpun, satu tangkai, satu bulir padi ada bagus penuh berisi ada yang setengah berisi, bahkan ada yang kosong hampa. 


Itulah karunia diterima petani ketika cukup umur hari panen pun datang. Di potong dari setiap rumpun sejak dari batang,daun, tangkai buah padi yang berisi atau kurang serta kosong terbawa. Kenapa karena seleksi belum dimulai. Ketika sudah berada di "palunguan" maka tahapan seleksi dimulai. Inilah jati diri Atah diproses "berkelindan".


Atah masuk proses pembersihan yang boneh jo Atah dia lolos berkilindan di balik kawan nan boneh, petani tertipu. 


Masuk seleksi kedua dijemur diterik matahari dia pun berhasil bergelombang mengikuti jari jemari petani. Masuk seleksi yang cukup ekstrim yaitu masuk penggilingan huller dua lapis pisau dengan semangat bergelora "Atah" ia berhasil keluar selamat dari mata pisau tajam huller. 


Nan boneh sudah berubah nama menjadi beras, bukan gabah atau padi tapi beras. 


Sementara "Atah " baju masih usang bentuk belum berubah, namun bukan "Atah" namanya kalau tidak lihai dalam menyamarkan diri. 


Tuan sudah beralih dari tangan petani ke pemilik lainya. Pertanyaan pertama saya beli beras "putih, bersih, berkilau bahkan ada bau harum khas beras. 


Namun yang atah lolos juga dari seleksi, baju sudah lah usang dia ikut pergi bersama. Pintar "Atah "berangkat dengan keberhasilan predikat berkelindan. 


Di tuan yang baru dia ikut seleksi ditampi di atas nampan jari jemari si empunya beras pilih satu persatu. Dan "Atah " keluar di lempar si Ayam sudah menunggu di halaman.


Yang benar, sudah mendedikasikan diri memakan "Atah "inilah makanan terbaik saya kata Ayam.


Namun sekali lagi, bukan "Atah" kalau tidak lolos seleksi puluhan kali lewat kipasan jari jemari . Dia tetap berhasil bersembunyi di balik teman yang sudah berubah nama beras. 


Atah masuk ke seleksi tahap selanjutnya di masak di atas suhu panas maksimum dengan air secukupnya, "Atah berhasil bertahan, beras sudah berobah jadi nasi, "Atah masih seperti dulu. 


Pindah nasi ke cambung besar, Atah tetap pergi, pindah ke piring kecil atah ikuut juga, Masuk suap nasi atah ikut juga, namun bergelombang masuk ke dalam lubang mulut si pelahap . Mata terbelalak, dia hanya ingin makan nasi, bukan "Atah" .


Spontan gigi, lidah, sepakat bersama jari mencari "Atah keluar dari rongga mulut, dicampakkan. Tragis berakhir sudah pertualangan "Atah "


Mau jadi "Atah" atau berubah sesuai proses alam? 


Sudahlah berusahalah berubah ke arah lebih baik, fokus kepada tujuan kita masing-masing biarkan "Atah itu berada di sekitar kita sebagai sarana ujian buat kita.


Salam... 


*) Penulis adalah Anak Nagari Pelestari ABS SBK


Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • "Atah", Sebuah Pelajaran Hidup

Iklan