Oleh : Denil Dahler |
Suluah.id -- Apa kabar SARS-Cov-2? Jika Anda tidak familiar dengan nama tersebut, tidak apa-apa, karena ia memang lebih dikenal dengan sebutan Covid-19.
Omong-omong, apakah Anda termasuk orang yang selalu mengikuti perkembangan informasi tentang ”sepak terjang” organisme mikroskopik ini? atau Anda termasuk yang mulai tidak acuh?
Tahukah Anda? Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, tanggal 13 November lalu penambahan kasus harian positif Covid-19 di Indonesia terkonfirmasi sebanyak 5.444 kasus. Jumlah tersebut merupakan jumlah penambahan kasus harian tertinggi sejak kasus positif Covid-19 terkonfirmasi awal Maret lalu.
Dari penambahan tersebut, jumlah total kasus positif Covid-19 di Indonesia per-13 November 2020 menjadi 457.735 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 15.037 kasus.
Pada tanggal 14 November 2020, sebagaimana dikutip dari Data Pantauan Covid-19 Provinsi Sumatera Barat (corona.sumbarprov.go.id), penambahan kasus harian di Sumatera Barat terkonfirmasi sebanyak 243 kasus. Sehingga jumlah total kasus Covid-19 di Sumatera Barat menjadi 17.138 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 351 kasus.
Bagaimana dengan kota Bukittinggi? Pada tanggal yang sama penambahan kasus harian terkonfirmasi sebanyak 12 kasus. Dengan penambahan tersebut, jumlah total kasus Covid-19 di kota Bukittinggi menjadi 757 kasus dan sebanyak 13 kasus meninggal dunia.
Sementara itu, data global perkembangan Covid-19 sebagaimana diberitakan Kompas.com tanggal 14 November 2020, jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia telah terkonfirmasi sebanyak 53,7 juta kasus dengan jumlah kasus kematian telah mencapai 1,3 juta kasus.
Harapan pada Vaksin
Pandemi Covid-19 telah berlangsung selama kurang lebih 9 (sembilan) bulan sejak World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi pada 12 Maret 2020. Bagi Anda yang belum tahu, pandemi merupakan kejadian atau kondisi penyebaran penyakit ke banyak orang di beberapa negara dalam waktu yang bersamaan.
Ciri-ciri pandemi meliputi: penyakit tersebut disebabkan oleh virus jenis baru, dapat menginfeksi banyak orang dengan mudah, serta dapat menyebar antar manusia secara efisien.
Saking efisiennya penyebaran Covid-19 tersebut antar manusia, pada awal-awal masa pandemi beberapa negara harus menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) untuk menghambat penyebaran virus tersebut. Bahkan saat ini pada beberapa negara di dunia telah memasuki gelombang ke dua dari penyebaran virus tersebut.
Para farmakologis dunia saat ini sedang berpacu dengan waktu untuk membuat vaksin Covid-19. Secercah harapan menyeruak ketika perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech pada 12 November 2020 lalu mengumumkan hasil sementara uji klinis fase III vaksin Covid-19 buatan mereka dengan tingkat efektivitas mencapai 90% dan tanpa efek samping yang membahayakan (CNBCIndonesia.com, 12 November 2020).
Secercah? Benar, Anda tidak salah baca, karena proses pembuatan vaksin untuk penyakit yang disebabkan oleh virus jenis baru membutuhkan waktu, riset dan pengujian secara sistematis, sesuai dengan kaidah serta disiplin penelitian ilmiah. Oleh karenanya, bisa dikatakan vaksin Covid-19 masih jauh dari kata rampung meskipun tahap pengujiannya tinggal satu fase lagi.
Opsi Realistis
Kita tidak memungkiri, dari banyak pasien kasus Covid-19, ada yang dapat sembuh kembali. Faktanya, proses penyembuhan tersebut lebih kepada upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Ketiadaan obat untuk Covid-19 sampai saat ini menyebabkan metoda perawatan kepada pasien dilakukan dalam bentuk terapi pendukung (supportive). Lebih lanjut, mereka yang telah sembuh sekalipun masih tetap berisiko terjangkit penyakit ini kembali.
Dari sisi tenaga kesehatan, peran mereka dalam masa pandemi sangatlah penting. Mulai dari aspek promotif, preventif serta penanganan kasus (pasien), namun sekali lagi, tidak ada pihak yang benar-benar aman dari paparan virus ini.
Berdasarkan data yang dirilis Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) bersama Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Persatuan Nasional Perawat Indonesia (PPNI) tanggal 29 September 2020 lalu, tercatat sebanyak 228 tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi dan perawat) meninggal dunia disebabkan Covid-19.
Oleh karena itu, dalam masa pandemi ini adalah penting untuk menjadi penyintas di tengah ketidakpastian kapan vaksin Covid-19 tersedia. Penyintas dengan cara menjalankan pola hidup bersih dan sehat. Penyintas dengan menahan diri untuk tidak beraktivitas di luar jika tidak perlu.
Penyintas yang menerapkan aktivitas 3 M (mencuci tangan dengan sabun, mengenakan masker, dan menjaga jarak) dengan penuh kesadaran, karena baginya, menjalani hari esok bersama orang-orang terkasih teramat bernilai untuk dikorbankan dikarenakan sikap abai.(*)