Oleh : Muhammad Jamil S.Ag. Labai Sampono |
Suluah.id -- Inilah salah satu paparan yang disampaikan Buya Mahyeldi Gubernur terpilih Sumbar, yang dimuat beberapa media di Sumatera Barat.
"Pemprov tolong BUMIKAN..ABS SBK..dan mohon diajarkan lagi adat di sekolah di Sumbar..."
Kalimat inilah yang juga sering diungkapkan oleh pegiat adat, tokoh masyarakat dan orang tua pelajar di Sumbar setiap kali membaca postingan berkaitan adat dan moral anak nagari saat ini.
Hilangnya raso jo pareso, sopan jo santun, dan pudarnya kearifan lokal anak negeri disebabkan ia tidak lagi paham kato malereang kato mandaki dan kato manurun, serta kato mandata dan tidak mendapat didikan adat di sekolah.( sahinggo samo sajo sawah jo pamatang).
Orang pandai Fisika karena diajarkan Fisika, pelajar pandai Bahasa Inggris karena diajarkan Bahasa Inggris, dan tukang listrik mengerti listrik karena mendapat pengajaran listrik.
Maka jika ingin anak Minang mengerti adat , berbudi pekerti, mangarati kato nan ampek, maka ia harus diajarkan adat.
Inilah yang terjadi saat ini, adat dan budaya tidak lagi dijarkan di sekolah, di nagari bahkan dalam kaum. Hilang lah adat dan kesopanan. Maka tidak logis kalau dituntut anak kamanakan harus mangarati adat.
Apa lagi baso jo basi, dulu. Budaya sapo , budaya tegur itu bagian dalam kehidupan anak nagari, bahkan inilah komunikasi awal utk membuka ruang pergaulan yg lebih luas.
Misal, sambil makan di warung kita dulu dibiasakan "Baso" dan " Basi" siapapun dihadapan dan disamping kita di warung akan ada kalimat" "pak makan ..pak" atau samo se makan pak". Kalau sudah selesai makan biasa akan berkata" pak dulu yo pak.."
Biasanya ketika komunikasi sudah berjalan, akan sampailah pembicaraan kepada yang lebih akrab lagi, kampung dima pak..?suku..dunsanak apo..? dan pertalian lainnya. Sehingga terjalin kehidupan RASO BADUNSANAK.
Akhir akhir ini contoh diatas sudah banyak yang hilang sehingga kontak komunikasi kita renggang . Belum lagi kearifan lokal kesopanan yang kadang pemuka adat pun banyak yang tidak sopan.
Di Minang ada juga bahasa isyarat yang sangat bermakna, dulu jika laki laki mau bertamu ke rumah adik perempuan atau dunsanak perempuan, di halaman rumah ia akan batuk-batuk kecil. Ini isyarat dia mau naik ke rumah supaya yang di rumah tahu dan berpakaian sopan.
Saat makan di jamuan bila anak kemanakan salah mengambil sambal, atau menjangkau yamg jauh mamak akan melihatnya.Penglihatan mamak akan dipahami oleh kamananakan sebagai isyarat kamanakan ada kesalahan manjangkau atau manjambo.
Manjambo samba yang jauh ke tengah hidangan tidak dibolehkan dalam adat dan agama, tapi harus dengan meminta tolong.
Begitulah penanaman dan pendidikan adat yang tertanam secara berkesenambungan dan berkelanjutan dalam kelompok komunal masyarakat minang.
Sadanciang bak basi saciok bak ayam, salah disalahkan, tibo di mato indak di piciangkan tibo di paruik indak di kampihkan. Adaik basisampiang agamo batilanjang.
Kesimpulannya, pembumian nilai ABS SBK inilah yang menjadi modal utama oleh ninik moyang kito dalam kehidupan beradat yang bisa dirasakan serpihannya sampai hari ini.
" Nan kuriak iolah kundi
Nan merah iyolah sago
nan baik iyolah budi
Nan indah iyolah baso.
Rancak rumah karano sandi
Rusak sandi rumah binaso
Tagak bangso dek.lai babudi
Hancua budi Rusaklah bangso"
Maka jawaban yang pas ke depan, Pemprov perlu memikirkan Perguruan Tinggi adat dan pembelajaran di sekolah di Sumatera Barat. Sebagai wujud nyata dari Visi Misi Calon Kepala Daerah terpilih di Sumbar. (*)