"Kegiatan ini merupakan tradisi yang dilaksanakan di Pariaman khususnya di Desa Koto Marapak," kata Walikota Pariaman, Genius Umar pada pembukaan Festival Layang-layang Danguang Tagak Tali di Pariaman, Rabu.

Ia menjelaskan layang-layang pada festival tersebut dipasang pita yang dapat menimbulkan bunyi dengung yang khas sehingga disebut dengan layang-layang dengung atau 'danguang'.

Sedangkan 'tagak tali', lanjutnya yaitu benang layang-layang terbentuk bergaris lurus karena posisi antara layang-layang yang sedang berada di udara dengan pemainnya yang berada di daratan sama lurus yang hal tersebut terjadi karena adanya trik tersendiri.

Menurutnya festival tersebut tidak saja dapat melestarikan kearifan lokal namun juga marupakan potensi wisata yang dapat mendatangkan kunjungan wisatawan.

"Ini merupakan atraksi wisata dan masuk ke dalam agenda wisata di Kota Pariaman," katanya.

Ia menyampaikan filosofi dari terselenggaranya layang-layang danguang tagak tali tersebut yaitu bentuk rasa syukur warga dengan hasil panen padi.

Ia mengajak wisatawan untuk melihat kegiatan tersebut apalagi waktu pelaksanaan dilakukan selama satu bulan penuh dengan menerapkan protokol kesehatan.


Sementara Kepala Desa Koto Marapak, Yuhaldi mengatakan festival layang-layang dan kegiatan kearifan lokal lainnya sudah pernah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya di daerah itu namun pada 2020 terkendala karena pandemi COVID-19.

Ketua Pelaksana Festival Layang-layang Danguang Tagak Tali Indra Gustian mengatakan pada kegiatan tersebut merupakan lomba yang pesertanya terbuka untuk umum.

"Hadiah utamanya satu ekor sapi dan tropi, lalu juga ada tabanas untuk juara atau peringkat dua hingga 10," kata dia.

Pembukaan festifa ditandai dengan permaian layang-layang daguang oleh Genius Umar. Dia berharap festival ini mejadi agenda tahunan di Desa tersebut.


Genius menyebut, tradisi main layang-layang daguang dulunya dilaksanakan saat para petani selesai panen padi. Rasa gembira petani itu dituangkan meniakkan layang-layang di area persawahan.


“Ini merupakan langkah bagus untuk melestarikan kembali budaya Kota Pariaman yang nyaris hilang karena perkembangan zaman dan sekaligus menghidupkan perekonomian masyarakat setempat,” kata Genius. (Rel/bd)