Suluah.id – Pada tahun ajaran 2021 ini, Universitas Andalas (Unand) membuka kesempatan kuliah bagi penyandang disabilitas. Pihak kampus pun mulai menyiapkan instrumen fisik maupun non fisik untuk bisa menyelenggarakan pembelajaran bagi mahasiswa berkebutuhan khusus nantinya.
Hal itu dikatakan Rektor Unand, Prof. Yuliandri saat membuka kegiatan Focus Group Discussion (FGD) virtual bertajuk “Best Practice Layanan Administrasi dan Pembelajaran bagi Penyandang Disabilitas”, Kamis (22/4).
“Baik dalam proses penerimaan maupun penyelenggaraan pembelajaran nantinya bagi mahasiswa disabilitas tentu butuh instrumen, selain juga ketersediaan tenaga pengajar yang mumpuni,” kata rektor.
Prof. Yuliandri pun menyebut kalau pihak Unand untuk tahun ajaran ini menampung semua jenis dan bentuk disabilitas. Namun hal ini juga disesuaikan dengan kelengkapan sarana pembelajaran. Unand pun, katanya, juga berupaya untuk bisa menciptakan inovasi agar ruang untuk mahasiswa berkebutuhan khusus bisa lebih banyak lagi. Selain juga diupayakan kolaborasi dengan berbagai pihak, terutama pihak yang fokus pada pemberdayaan kaum disabilitas.
“Kolaborasi dengan berbagai pihak tentu sangat diharapkan, agar bisa memperluas daya tampung dan juga memfasilitasi mahasiswa penyandang disabilitas,” katanya.
Wakil Rektor I Unand, Prof. Mansyurdin yang juga hadir pada FGD tersebut mengatakan penerimaan mahasiswa disabilitas di Unand masuk dalam jadwal jalur mandiri, yang pendaftarannya akan dibuka pada 7 Juni mendatang. Sesuai juga dengan salah satu poin tujuan seleksi mandiri Unand, yaitu memberikan akses kepada lulusan yang berkebutuhan khusus.
“Bagi lulusan yang berkebutuhan khusus bisa mendaftarkan diri dengan menyertakan surat keterangan dari rumah sakit pemerintah setempat,” kata Mansyurdin.
Dia juga mengatakan kalau Unand pada Selasa depan akan menetapkan bagaimana proses dan penyelenggaraan pembelajaran bagi mahasiswa berkebutuhan khusus ini.
“Kita juga berharap adanya kerjasama dengan pemerhati kaum disabilitas ini, sehingga segala hal untuk penyelenggaraan bisa berjalan baik,” katanya.
Sementara itu, dalam FGD tersebut juga dihadirkan narasumber dari UIN Sunan Kalijaga, yaitu Arif Maftuhin. Sebagai perguruan tinggi yang sudah melakukan penyelenggaraan difabel sejak 2007, Kepala Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga ini mulai berbagai pengalamannya membuka ruang bagi mahasiswa berkebutuhan khusus.
Dia mengatakan, sejak 2007, ketika penyelenggaraan pembelajaran bagi kaum disabilitas ini dibuka dengan nama Pusat Studi dan Layanan Difabel (PSLD), layanan berjalan tanpa adanya anggaran. Adapun dana masuk tidak seberapa dari wakil rektor bidang kemahasiswaan. Enam tahun berlalu, PSLD resmi menjadi lembaga struktural di bawah LPPM, dan berganti nama jadi PLD.
“PLD dilayani oleh relawan. Setiap tahun sekitar 250 lebih relawan yang kami rekrut,” katanya.
Berbagai dukungan pun disediakan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus, seperti pendampingan kuliah, pembekalan KKN, pendampingan skripsi, pendampingan tugas kuliah dan mobilitas.
“Difabel boleh kuliah. Itu yang kami tekankan dalam program ini. Dan pastinya dengan akomodasi yang layak, serta menyeleksi siapa-siapa penyandang disabilitas yang benar-benar siap menempuh pendidikan di perguruan tinggi,” kata Arif. (Ril/bd)