Kawa daun adalah minuman yang terbuat dari daun kopi segar Sebelum diolah, daun kopi ini disangrai selama 12 jam. Setelah itu baru direbus dalam periuk dari tanah liat di atas tungku tradisional. Setelah mendidih, air rebusan ini kemudian disaring dan siap disajikan.
Kawa daun memiliki cita rasa
khas. Menyesapnya serasa minum kopi dan teh dalam satu cangkir. Boleh jadi
karena minuman ini terbuat dari daun layaknya teh, hanya saja berasal dari
tanaman kopi.
Bukan hanya bahan, rasa, dan cara pembuatannya yang unik. Kawa daun biasanya disajikan dalam batok kelapa sebagai pengganti gelas. Menilik kisah di balik kawa daun juga menarik. Minuman yang disebut-sebut berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat ini menyimpan cerita pilu dari masa lalu.
Kawa daun adalah minuman dari
zaman dahulu kala, tepatnya pada masa penjajahan Belanda. Pada masa itu tanam
paksa dilakukan masyarakat lokal.
"Mereka
menanam tapi tak bisa minum kopi karena semua biji kopi diambil oleh Belanda.
Akhirnya untuk mengurangi rasa sakit hati, diambillah daun-daun kopi itu,
diasap kemudian dikeringkan dan direbus. Jadilah kopi kawa," jelas Andhian
Nurmala.
Mala, begitu ia biasa disapa
adalah pemilik Amer's Keik. Selain menjajakan kue, juga menawarkan kawa daun
sebagai penawar dahaga.
Menurut Mala, daun kawa akan
terasa lebih nikmat jika ditambahkan kayu manis dan gula merah. Sebelumnya, air
rebusan minuman itu juga telah dicampur dengan cengkeh.
Rempah dan segala kebaikannya
ini membuat daun kawa minuman yang tak hanya menyegarkan, tapi juga baik untuk
kesehatan. Terutama bagi mereka yang memiliki kadar kolesterol tinggi.
"Asalkan minumnya tanpa gula," imbuh Mala.
Soal manfaat kesehatan kawa
daun juga telah dibuktikan penelitian dr Aaroon Davis, pakar kopi dari Royal
Botanic Garden Inggris. Menurutnya daun kopi menyimpan kandungan mangiferin yang
berkhasiat mengurangi risiko diabetes, kolesterol darah, kanker dan melindungi
neuron otak.
Mencari kawa daun di Sumatera
Barat tidak lah sulit. Di Payakumbuh, banyak pengusaha kafe dan resto yang
menawarkannya.
Tak sedikit pula yang
meraciknya dengan campuran lain. Ada yang dicampur susu, lemon, bahkan
telur--mirip teh talua yang populer di rumah makan Minang.
Hal serupa juga tampak di
Bukittinggi. Kawa daun dihidangkan dalam tempurung kelapa bertatakan bambu.
Dinikmati bersama penganan seperti pisang goreng, tahu, tempe, ketan merah,
bika dan tapai goreng.
Di Bukittinggi, popularitas
kawa daun kembali naik kira-kira 11 tahun silam. Kala itu Syafrizal Sutan
Mangkuto, warga desa Tanjung Alam, Kabupaten Tanah Datar, dengan mendirikan
kedai yang diberi nama Kawa Daun Mangkuto.
Kedai itu juga
populer dengan nama kedai kawa daun Tabek
Patah. Banyak anak muda setempat menggemarinya.
Di Payakumbuh, Anda juga dapat menemukan kafe Dangau kawa Daun. Ada beberapa dangau atau gubuk bambu yang menawarkan tempat lesehan. Jika Anda sempat mampir ke Sumatera Barat, jangan lupa menikmati minuman hangat ini sembari menikmati sejuknya cuaca. ( rilis)