Jakarta - Sunyi. Tak hiruk pikuk wisatawan. Apalagi bule yang dulu bisa kita jumpai lalu lalang memadati wilayah itu. Wisawatan lokalpun sangat sedikit. Begitulah suasana Legian, pantai Kuta dan tempat wisata lain di Bali, saat ini.
Sudah pasti menyedihkan. Bali yang dulu menjadi surga bagi para turis asing dan lokal, menjadi kota mati. Bule-bule yang biasanya bisa kita jumpai di setiap sudut, kini tak lagi tampak.
Pariwisata yang menjadi nyawa Bali, merana karena pandemi COVID-19.
Penerapan pembatasan pergerakan orang membuat wisata Bali sepi. Begitu buruknya keadaan, Gubernur Bali Wayan Koster pun menilai, dampak pandemi COVID-19 bagi perekonomian Bali lebih mengerikan dari Bom Bali I dan II.
"(Bali) pernah terganggu terorisme karena Bom Bali satu dan bom bali dua, kemudian erupsi gunung Agung, sebelumnya juga terjadi virus Sars. Itu kejadian-kejadian tidak berlangsung lama, tidak dalam skala luas, dan dampaknya tidak separah sekarang ini yang pandemi Covid-19," tegas Gubernur Wayan Koster, dalam webinar bertajuk Vaksin Datang Pariwisata Gemilang, awal Maret lalu.
Lesunya perekonomian Bali ini membuat Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan prihatin. Ia pun mengeluarkan perintah agar PNS yang berada di bawah koordinasinya melakukan work from Bali (WFB).
Perintah itu juga langsung ditindaklanjuti dengan penandatanganan nota kesepahaman dukungan penyediaan akomodasi pada kawasan The Nusa Dua Bali, Selasa (18/5/2021).
"Nota kesepahaman ini dibuat sebagai upaya dalam mendukung peningkatan pariwisata The Nusa Dua Bali dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Akan berlaku untuk tujuh kementerian dan lembaga di bawah koordinasi Kemenko Marves," kata Luhut dalam keterangannya, Rabu (19/5/2021).
Ada 16 hotel yang berada dalam kawasan The Nusa Dua yang dikelola Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) yang akan melakukan kerja sama dalam penyediaan akomodasi dan fasilitas hotel dengan Kemenko Marves.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berharap program ini dapat menarik para pegawai pemerintah, bahkan swasta untuk bekerja dari Bali.
"Work From Bali mudah-mudahan dapat menarik para profesional di sektor pemerintahan maupun dunia usaha, untuk memastikan peningkatan tingkat kunjungan hotel," kata dia.
Kawasan The Nusa Dua sendiri dipastikan telah memperoleh sertifikasi pariwisata sehat dan aman, berupa sertifikat Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Luhut tak salah. Data Badan Pusat Statistik Bali menunjukkan, pandemi COVID-19 ini membuat pariwisata Bali anjlok dalam 10 tahun terakhir. Total wisman ke Bali sepanjang 2020 sebanyak 1.050.060 kunjungan atau turun 54,47% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pada Desember 2020 tercatat ada 150 kunjungan wisatawan mancanegara dengan rincian 127 kunjungan dari Bandara I Gusti Ngurah Rai dan pelabuhan laut sebanyak 23 kunjungan. Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada Desember 2020 tercatat turun 99,97 persen dibandingkan catatan periode sama tahun lalu (YoY) tetapi naik 183,02 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).
Sementara dihimpun dari berbagai sumber, data penumpang di terminal internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, dalam sepuluh tahun terakhir juga terjun bebas.
Tahun 2010: 2.493.058 penumpang
Tahun 2011: 2.756.579 penumpang
Tahun 2012: 2.892.019 penumpang
Tahun 2013: 3.278.598 penumpang
Tahun 2014: 3.766.638 penumpang
Tahun 2015: 4.001.835 penumpang
Tahun 2016: 4.927.937 penumpang
Tahun 2017: 5.697.739 penumpang
Tahun 2018: 6.070.473 penumpang
Tahun 2019: 6.275.210 penumpang
Tahun 2020: 1.050.243 (sampai September 2020)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali Hanif Yahya mengatakan bule kebangsaan Tiongkok tercatat sebagai wisman dengan sumbangan terbesar yaitu sebesar 11,14persen. Sisanya wisman kebangsaan India (6,41 persen), Rusia (5,39 persen), Jepang (4,58 persen), Amerika Serikat (4,47 persen), Inggris (4,43 persen), Korea Selatan (4,04 persen), Malaysia (2,94 persen), Prancis (2,79 persen) dan Jerman (2,75 persen).
Memasuki tahun 2021, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali makin memprihatinkan. BPS Provinsi Bali mencatat kunjungan wisatawan mancanegara pada Januari 2021 turun 93,33 persen bila dibandingkan dengan bulan Desember 2020.
"Kunjungan wisman pada Januari 2021 turun 93,33 persen bila dibandingkan dengan bulan Desember 2020. Sedangkan bila dibandingkan pada bulan Januari 2020 kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali pada bulan Januari 2021 turun 99,99 persen," kata Kepala BPS Provinsi Bali, Hanif Yahya.
Karenanya, menurut Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves Odo R.M. Manuhutu program WFB ini bisa berdampak pada tingkat keterisian kamar hotel di Bali yang kian menipis.
"Tingkat okupansi hotel-hotel di Bali hanya 10 persen dalam 14 bulan, ini mengakibatkan dampak ekonomi yang signifikan," kata dia.
Tidak hanya itu, program ini juga untuk memulihkan kepercayaan dunia internasional. Sebab, Bali rencananya akan digunakan sebagai tempat penyelenggaraan 12 sidang internasional selama setahun ke depan.
Selain itu, langkah ini demi meningkatkan rasa percaya wisatawan domestik sehingga mampu memulihkan perekonomian lokal. Peningkatan rasa percaya publik domestik ini diharapkan dapat menciptakan dampak berganda (multiplier effect) yang membantu memulihkan perekonomian lokal. ( rilis)