Iklan

Mengenal Lebih Dalam Pesantren Lansia di Padang Magek

30 Januari 2022, 20:21 WIB


suluah.id Ada kelas khusus di Pesantren Darul Ulum, yang muridnya rata rata berumur di atas 50 tahun. Jumlah mereka sekitar 40 orang. Sebahagian besar perempuan yang sudah jadi nenek nenek. Sedikit laki lakinya,  itu pun sudah kakek kakek.

Ada yang datang dari Batusangkar seperti M.Yunus dan keluarga. Tapi umumnya dari Nagari Padang Magek, yang dominan asal Jorong Pauh, di antaranya Suafri May dan keluarga.

Semangat mereka menuntut ilmu agama sangat luar biasa. Setiap petang rabu setelah shalat isya, semua duduk melingkar bersama  guru mereka,  H. Jakfar Tuanku Imam Mudo, hingga pukul 23:00 WIB.

Kelas yang dinamakan Santri Lansia ini, datang sekali sepekan belajar memperbaiki ibadah dan menambah do'a amalan sehari hari.





"Mereka datang ingin mengaji,  tentang ilmu beribadah. Beribadah itu ada ilmunya. Itulah yang dipelajari. Bagaimana supaya ibadah sehari hari bisa dilakukan dengan sempurna," kata Tuangku Jakfar Imam Mudo, Rabu malam, (23/1), di Komplek Ponpes Darul Ulum, Padang Magek.

M. Yunus dari Batusangkar telah setia tiba ke Ponpes Darul Ulum,  sejak dua tahun lebih. Biasanya tiba mengikuti wirid zikir. 

Kini sejak Pesantren Lansia dibuka di Darul Ulum, sekitar beberapa bulan lalu, Yunus langsung bergabung. Dia dan istrinya, tampak senang. Begitu juga santri lansia lainnya. Terlihat mereka ceria mengikuti.





Untuk mendaftar menjadi santri lansia, ini tidak sulit. Boleh datang saja dan bergabung setiap petang rabu dengan kelas yang sudah ada. Terutama bagi perorangan. Bila ada yang ingin membuat kelas baru, berkelompok, bisa diatur hari belajarnya, dengan  Tuanku Jakfar.  Asalkan jadwalnya setelah shalat Isya'.

Silahkan datang ke Ponpes Darul Ulum, Jorong Guguk Gadang, Nagari Padang Magek, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. 



Sekilas Tentang Pesantren Darul Ulum Padang Magek


Pada tahun 1942, dalam usia 25 tahun, Tuanku Salim Malin Kuning menetap dan menjadi Tuanku di Padang Magek, Tanah Datar, Sumatera Barat. Sejak itu pula, beliau mulai mengajar berbagai ilmu agama di surau kaumnya yang ketika itu baru saja dibuat. Itulah yang dinamakan Surau Baru yang kini menjadi bahagian dari Ponpes Darul Ulum.

Dalam sejarahnya, pasang surut jumlah murid di Surau Baru tetap saja terjadi. Semula di tahun 1942, murid di surau ini, hanya empat orang, dua di antaranya: Ungku Diar dari Nagari Aripan, Kabupaten Solok, Sumbar dan Ungku Abu Hanifah dari Teluk Kuantan, Riau.




Kemudian pada tahun 1950 pernah mencapai sekitar seratus orang. Pada masa itu Tuanku Salim Malin Kuning menamai perguruan / madrasah yang dipimpinnya dengan nama Darul Hafazah, yang berarti Kampung yang Berkah atau Kampung yang Diberkahi.

Dulunya di depan surau baru itu, tergantung papan putih dengan huruf Arab berwarna hijau berlapis merah kata kata: Madrasah Darul Hafazah. Itulah yang menandaia bahwa sekolah ini ada.

Masa Bergolak PRRI murid kembali menciut. Tapi pada tahun 1965 kembali ramai. Setelah Peristiwa G 30 S PKI 1965 murid Surau baru kembali berkurang. Tapi pada awal tahun 1970-an kembali mencapai ratusan orang. Pada tahun 1980 pernah menciut jadi 13 orang. Namun kemudian, tahun berikutnya kembali meningkat jadi puluhan orang.

Pada tahun 1987, Tuanku Salim Malin Kuning meninggal dunia. Pendidikan dilanjutkan oleh murid murid beliau yang sudah menjadi guru juga di Madrasah Darul Hafazah. Mereka antara lain: Tuanku Ali Nuddin, Tuanku Kakan, Tuanku Mahyudin, Tuanku M. Nur, Tuanku Iskandar dan Tuanku Anwar Sutan Marajo selaku komando terdepan.

Tuanku Anwar bersama-sama pemuka masyarakat Padang Magek yang antara lain untuk menyebut nama: Ramli Taher, Zainal Abidin dan Suhaili Yakkub, mencoba mengayuh biduk Surau Baru seperti yang dilaukan Tuanku Salim Malin Kuning. Tuanku Anwar dan Tuanku Iskandar mengganti Madrasah Darul Hafazah menjadi Pondok Pesantren Darul Ulum Padang Magek.




Pada tahun 1994 Tuanku Anwar yang mengajar di Pesantren Darul Ulum diperkuat oleh Tuanku Jakfar Imam Mudo bersama keluarga. Sejak Tuanku Jakfar dan keluarga mengajar di Pondok Pesantren Darul Ulum, murid murid makin bertambah.

Sejak kedatangan Tunku Jakfar pula Buya Syahyuti Abbas mewakafkan dirinya untuk setia mengurus keberlangsungan belajar mengajar di Pesantren Darul Ulum.

Syahyuti Abbas merupakan seorang guru tamatan IKIP Paadang. Dia sudah mahir dan berkecimpung sejak muda di dunia pendidikan.

Bersama Syahyuti Abbas, Ponpes Darul Ulum mengembangkan tempat belajar hingga kini telah mempunyai sebuah gedung besar tingkat dua. Dan dua buah lokal tempat belajar. Selain itu, Pondok Pesantren ini juga sudah memiliki Mushalla tempat shalat berjamah santri lima waktu.

Begitu juga sudah punya MCK yang baik bagi santri. Semua ini diperoleh berkat bantuan perantau, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Depertemen Agama dari berbagai jajaran serta berbagai donatur lain bersifat pribadi.




Sama seperti mengaji di surau tempo dahulu, sampai kini di Pesantren Darul Ulum Padang Magek, tidak dipungut bayaran. Anak santri akan diterima oleh pihak pengurus pondok dengan tangan terbuka, asalkan ada orang yang menjadi walinya.

Untuk kehidupan sehari-hari santri mengumpulkan beras 20 liter dalam sebulan dan uang lauk pauk Rp. 80.000. Kemudian iyuran bayar listrik Rp. 35. 000. Itu pun bagi yang sanggup. Bagi keluarga yang tidak mampu, tak usah membayar. Pihak pengurus akan mencarikan donatornya.

Sejauh ini yang belajar di Darul Ulum, tetap diperlakukan sama. Tidak ada beda yang mampu dengan yang tidak mampu. Mereka tidur di surau bersama-sama dengan guru. Memasak bersama-sama dengan teman. Dan belajar bersama-sama dengan kawan-kawan. Kini santri Ponpes Darul Ulum berjumlah lebih kurang 300 orang. Semuanya diasuh Tuanku Jakfar Imam Mudo. (Ampera Salim)

Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • Mengenal Lebih Dalam Pesantren Lansia di Padang Magek

Iklan