suluah.id - Munculnya penyakit hepatitis akut di sejumlah negara yang masih belum diketahui penyebab membuat masyarakat dunia khawatir. Apalagi jumlah temuan kasus yang teridentifikasi terus bertambah.
Pada awal laporannya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi lebih dari 288 kasus hepatitis akut misterius di seluruh dunia. Namun, satu bulan berjalan, temuan kasus terus bertambah.
Di Indonesia, 3 kasus bayi meninggal akibat penyakit misterius ini telah dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan sepanjang April 2022. Belakangan, jumlahnya pun ikut terus bertambah.
Pada Kamis, 12 Mei 2022, Juru bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, terdapat 18 kasus diduga hepatitis akut misterius, sembilan di antaranya dalam kategori pending klasifikasi. Kemudian, “Tujuh tidak masuk kriteria karena bukan hepatitis akut dan dua masih dalam pemeriksaan,” ujarnya.
Kemunculan penyakit yang belum diketahui penyebabnya ini membuat banyak klaim dan hoaks beredar di publik. Salah satu klaim yang paling banyak beredar adalah klaim yang mengaitkan penyakit ini dengan efek samping vaksin Covid-19. Seperti diketahui, vaksinasi Covid-19 juga diterima anak-anak usia 6-16 tahun.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI Muzal Kadim mengatakan, berdasarkan perkembangan di berbagai negara, termasuk Indonesia, penyakit hepatitis yang belum diketahui penyebabnya ini justru mayoritas menyerang anak-anak yang belum divaksin Covid-19.
Muzal mengakui vaksin Covid-19 memang seringkali dikaitkan memiliki efek samping atau juga Messenger RNA (mRNA). Namun, dia menekankan ini karena memang pemberiannya telah banyak diterima hingga efeknya muncul setelah jutaan orang dapat suntikan vaksin itu.
“Kalau dikaitkan dengan messenger RNA itu setelah sekian juta pemberian vaksin, itu dikaitkan dengan efek samping. Tapi kalau pada kasus yang akut ini tidak dikaitkan dengan vaksin Covid,” ucap dia.
Muzal juga menyatakan bahwa belum ada landasan yang kuat untuk menghubungkan kasus hepatitis akut misterius ini dengan Covid-19. Meskipun ada kasus pasien yang menderita kedua penyakit itu secara bersamaan, belum ada bukti medis bahwa virus Covid-19 memicu hepatitis.
Peneliti Global Health Security Dr. Dicky Budiman juga membantah kemungkinan penyakit ini disebabkan efek samping vaksin Covid-19.
Menurut dia, sempat ada dugaan bahwa penyakit ini masuk kategori Long Covid. Namun hal ini masih sekadar dugaan sementara.
Dugaan tersebut muncul dari sebuah studi di Israel yang berisikan tentang 90 persen anak yang terinfeksi hepatitis pernah terinfeksi Covid-19. Tetapi hal tersebut masih belum dapat terkonfirmasi. “Tapi kami semua masih menunggu data lebih valid,” kata Dicky menjelaskan.