suluah.id - Sekitar 60-80% penduduk dunia baik negara maju dan berkembang sudah mengalami perubahan gaya hidup mager (malas bergerak) yang mengancam (sedentary lifestyle). Perkembangan informasi dan teknologi diyakini menjadi salah satu penyebab.
Mager bikin sel tubuh mengambil Kalsium dari tulang. Saat malas gerak ternyata membuat tubuh mengambil kalsium dari tulang, apa akibatnya? Tulang kita akan menjadi keropos atau yang biasa disebut dengan osteoporosis. Selain itu juga bakal bikin otot kita juga lemah. sehingga makin komplit deh magernya.
Mager bisa mempercepat proses osteoporosis. Jadi selama ini kita tau tulang keropos diderita oleh usia tua saja, namun karena mager sudah jadi budaya, terjadi pergeseran penyakit osteoporosis ke populasi yang lebih muda. Ini tentu menyedihkan .
Lantas Pencegahannya Gimana?
- Olahraga atau aktifitas fisik ringan hingga sedang dengan durasi 30 menit tiap hari
Olahraga akan membuat otot-otot tubuh lebih kuat sehingga memberi tekanan pada tulang, yang pada akhirnya membuat tulang lebih padat. Olahraga membuat metabolisme dan peredaran darah yang mengantarkan kalsium dan mineral lain yang berperan penting dalam pembentukan tulang lebih lancar.
Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dan teratur terbukti dapat meningkatkan kepadatan massa tulang. Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dan teratur dapat menjaga kesehatan tulang dan mencegah mengalami penurunan kepadatan tulang secara dini.
- Makan makanan yang bergizi dan seimbang (Jangan lupa sayur dan buah)
Memenuhi kebutuhan nutrisi setiap harinya sangatlah penting demi menjaga kesehatan tubuh kamu. Termasuk dalam memenuhi kebutuhan asupan nutrisi jumlah harian kalsium dan vitamin D.
Mengkonsumsi makanan yang terdapat kandungan kalsium dan vitamin D sangat baik untuk tumbuh kembang anak dan baik juga untuk orang dewasa.
Karena, kalsium adalah salah satu dari kandungan mineral yang tugasnya untuk menjaga tubuh agar tetap dalam keadaan yang sehat. Bahkan, dengan mencukupi kebutuhan kalsium dan vitamin D, kamu sudah berupaya dalam pencegahan penyakit osteoporosis.
- Istirahat dan tidur yang cukup minimal 8 jam sehari
Kurang tidur akan membuat kita merasa grogi, lelah dan bahkan tidak berfungsi sepanjang hari karena tubuh kita tidak bisa mendapatkan cukup waktu untuk istirahat dan pulih. Ini kemudian dapat menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti stres dan peningkatan risiko penyakit tertentu. Tetapi tahukah Anda, bahwa kurang tidur juga membahayakan kesehatan tulang kita?
Ini bukan pengetahuan umum. Dilansir dari Medical Daily, Jumat (22/11), sebuah penelitian baru pada wanita pascamenopause mengungkapkan, bahwa wanita yang tidur tidak lebih dari lima jam setiap malam memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoporosis dan kepadatan mineral tulang yang lebih rendah atau BMD.
Setelah penyelidikan sebelumnya yang mengaitkan tidur singkat dengan kemungkinan patah tulang yang lebih tinggi pada wanita, penelitian baru dilakukan oleh tim dari Universitas di Buffalo, New York, yang melibatkan 11.084 wanita pascamenopause dari Perspektif Kesehatan Wanita. Temuan studi ini diterbitkan dalam Journal of Bone and Mineral Research.
“Studi kami menunjukkan, bahwa kurang tidur dapat berdampak negatif terhadap kesehatan tulang, menambah daftar dampak kesehatan negatif dari tidur yang buruk. Saya berharap, ini juga dapat berfungsi sebagai pengingat untuk mengusahakan 7 jam tidur atau lebih yang direkomendasikan per malam untuk kesehatan fisik dan mental kita," kata penulis utama studi sekaligus seorang profesor epidemiologi dan kesehatan lingkungan di Sekolah Kesehatan Masyarakat Buffalo dan Profesi Kesehatan, Heather M. Ochs-Balcom.
- Berhenti merokok dan kebiasaan tidak sehat
Selain berdampak buruk bagi kesehatan jantung dan paru-paru, merokok juga bisa menyebabkan osteoporosis. Pasalnya, zat-zat yang terkandung dalam rokok seperti nikotin dapat menghambat produksi sel pembentukan tulang.
WHO menyatakan bahwa kebiasaan merokok juga menjadi faktor risiko terjadinya osteoporosis oleh karena perokok akan kehilangan massa tulang pada tingkat lebih cepat dibandingkan dengan non- perokok. (*)