Suluah.id - Minangkabau sebagai salah satu bagian dari kebudayaan (alam) Melayu, merupakan wilayah yang kaya dengan tradisi budaya. Tradisi budaya Minangkabau ini tumbuh dan berkembang sebagai tradisi budaya rakyat, yang berakar pada sistem kekerabatan matrilinial Minangkabau.
Tradisi budaya ini sekaligus mencerminkan dinamika dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat Minangkabau, sesuai dengan falsafah adatnya Alam Terkembang Jadikan Guru, sekali aie besar, sekali tepian barubah.Dinamika perkembangan tradisi budaya Minangkabau, semenjak akhir tahun 60 an begitu cepat dan bergemuruh.
Banyak perubahan dan pergeseran yang terjadi. Salah satu di antaranya adalah perkembangan dalam seni pertunjukan bagurau saluang dan dendang, yang ditandai dengan kemunculan perempuan sebagai pelaku utamanya.
Dalam kehidupan adat Minangkabau, kurun waktu sebelum tahun 1960-an, kaum perempuan boleh dikatakan “tabu” tampil dalam kegiatan pertunjukan bagurau saluang dan dendang. Ada aturan dan sistem nilai sosial yang “melarang” kaum perempuan ikut serta dalam kegiatan seni pertunjukan.
Adalah salah satu tradisi seni pertunjukkan Minangkabau, yang sekarang disebut dengan Bagurau Saluang dan dendang. Tradisi seni pertunjukkan ini telah tumbuh sejak lama, dan telah mengalami perkembangan yang menarik.
Secara sederhana dapat dijelaskan, bentuk tradisi bagurau saluang dan dendang, adalah sebuah pertunjukan musikal dengan menggunakan alat musik tiup berbahan bambu pengiring, dan nyanyian (dendang) sebagai media menyampaikan lirik-lirik pantun.
Istilah bagurau muncul dari tradisi budaya masyarakat Minangkabau, yakni tradisi budaya lisan yang merupakan salah satu ciri khas kebudayaan Minangkabau. Tradisi bercakap-cakap atau budaya bercerita dalam suasana yang akrab, sindir-sindiran melalui ungkapan-ungkapan bahasa yang tajam merupakan kebiasaan yang sudah umum dan dikenal luas dalam masyarakat Minangkabau.
Kebiasaan masyarakat Minangkabau untuk berkumpul bersama sambil bercerita dan bercanda, dengan tema-tema pembicaraan yang saling sindir-menyindir, bahkan juga bisa saling PHQFLPHHK(mencemooh), dalam suasana yang dialogis dan akrab, menyebabkan masyarakat Minangkabau dikenal sebagai masyarakat yang suka dan pintar bicara.
Dari penjelasan ini, maka kata bagurau dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat Minangkabau untuk menyebut suatu kegiatan sekelompok orang yang bermain, berkelakar, atau menceritakan sesuatu di antara sesama dalam suasana keakraban. Jadi kata bagurau pada awalnya bukanlah suatu konsep pertunjukan, tetapi merupakan konsep kehidupan keseharian yang ada dalam masyarakat Minangkabau.
Jadi pengertian bagarau sebagai bentuk pertunjukan saluang dan dendang, sama seperti apa yang dikatakan Gitrif Yunus (1992:22), bahwa pertunjukan bagurau saluang dan dendang selalu diasosiasikan dengan bagurau, karena pelaksanaannya selalu melibatkan penonton. Pemain dan penonton sama-sama aktif.
Mereka berbaur di tempat pertunjukan dalam suasana kebersamaan. Konsep pertunjukan inilah yang kemudian memberikan arti pada pertunjukan sebagai suatu pengalaman bersama, dimana penonton dan pemain saling dapat berhubungan.
Bentuk pertunjukan tradisional di Indonesia pada dasarnya termasuk golongan seperti ini, yaitu di mana bisa terjadi percakapan antara pemain dan penonton, bahkan juga pemain swaktu-waktu bisa masuk diantara penonton, dan penonton bisa ikut bermain (Edi Sedyawati; 1981:60)..Pertunjukan bagurau saluang dan dendang merupakan sebuah pertunjukan musikal yang dipadukan dengan kekuatan pantun-pantun yang didendangkan dengan iringan alat musik saluang.
Alat musik saluang termasuk klasisifikasi jenis seruling dengan teknik memainkannya yang lebih khusus yakni ditiup dari bagian ujungnya. Fungsi alat musik saluang adalah untuk mengiringi dendang-dendang yang berisi pantun-pantun yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
Budaya Bagurau Saluang adalah salah satu tradisi budaya yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia. Bagurau Saluang merupakan seni pertunjukan yang terdiri dari komedi, musik, dan tarian yang ditampilkan secara bersamaan.
Bagurau Saluang berasal dari kata "bagurau" yang berarti bergurau atau bercanda, dan "saluang" yang merupakan nama alat musik tradisional khas Minangkabau yang terdiri dari seruling bambu yang dimainkan dengan dipetik. Pertunjukan ini sering kali disebut sebagai "lawak saluang" atau "bercanda dengan saluang" karena pada dasarnya seni pertunjukan ini merupakan kombinasi antara komedi dengan alat musik saluang.
Dalam pertunjukan Bagurau Saluang, para seniman akan berinteraksi dengan penonton dan saling bercanda satu sama lain. Mereka menggunakan bahasa Minangkabau yang khas, menggunakan humor yang cerdas dan lucu untuk menghibur penonton. Para seniman juga akan memainkan alat musik saluang sambil bernyanyi dan menari.
Selain sebagai hiburan, Bagurau Saluang juga memiliki fungsi sebagai sarana budaya untuk melestarikan warisan tradisional Minangkabau. Pertunjukan ini juga menjadi media pengungkapan berbagai peristiwa dan kejadian sosial yang terjadi di masyarakat, serta mengkritik atau menyindir beberapa hal yang dianggap perlu dikomentari secara humoris.
Bagurau Saluang juga dipengaruhi oleh budaya Islam yang kuat di Minangkabau. Para seniman sering kali menyisipkan pesan moral dan ajaran agama dalam pertunjukan mereka, sehingga selain menghibur, pertunjukan ini juga memberikan nilai-nilai positif kepada penonton.
Budaya Bagurau Saluang menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat. Pertunjukan ini sering kali digelar pada acara-acara pernikahan, khitanan, sunatan, dan perayaan-perayaan lainnya. Dalam perkembangannya, Bagurau Saluang juga semakin populer dan menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.
Dengan budaya Bagurau Saluang, masyarakat Minangkabau mempertahankan kekayaan budaya dan tradisi mereka serta tetap menjunjung tinggi nilai kesenian dan kecerdasan humor. Budaya ini menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Minangkabau yang kaya dan unik.(budi)