Agam, suluah.id - Luhak Nan Agam memiliki bangunan bersejarah yang layak untuk Anda kunjungi yang berlokasi di Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, namanya Rumah Gadang Baanjuang.
Pemiliknya adalah keluarga Sastrawan Nur Sultan Iskandar. Dan Bangunan Rumah Gadang Baanjuang telah resmi ditetapkan sebagai cagar budaya tidak bergerak oleh pemerintah.
Di dalamnya, terdapat rumah baca yang menyimpan karya-karya tulis dari Sastrawan Nur Sultan Iskandar, serta koleksi buku-buku lainnya. Nur Sultan Iskandar adalah seorang sastrawan Angkatan Pujangga Baru dan Balai Pustaka.
Di dalamnya, terdapat rumah baca yang menyimpan karya-karya tulis dari Sastrawan Nur Sultan Iskandar, serta koleksi buku-buku lainnya. Nur Sultan Iskandar adalah seorang sastrawan Angkatan Pujangga Baru dan Balai Pustaka.
Dari karya-karyanya, kita dapat menambah wawasan tentang sastra dan warisan budaya Minangkabau.
Dengan tata letak ruang yang khas, pengunjung dapat melihat bagaimana rumah gadang digunakan sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi bagi masyarakat Minangkabau.
Setiap detail arsitektur dan hiasan di dalam rumah gadang ini menceritakan kisah yang kaya tentang tradisi dan kehidupan suku Minangkabau.
Setiap detail arsitektur dan hiasan di dalam rumah gadang ini menceritakan kisah yang kaya tentang tradisi dan kehidupan suku Minangkabau.
Rumah Gadang Baanjuang adalah destinasi wisata yang menggabungkan keindahan arsitektur tradisional dengan pengalaman edukasi yang berharga.
Rumah ini sekarang dipelihara oleh ahli warisnya yang bernama Ibu Romlah, adik bungsu Sutan Iskandar dari lain ibu. Bangunan ini telah dimasukkan ke dalam situs cagar budaya Indonesia dengan SK Menteri NoPM.86/PW.007/MKP/2011 kategori Benda Cagar Budaya tahun 2011 dengan nomor Registrasi Nasional RNCB.20111017.02.000615, dan saat ini dikelola oleh BP3 Batusangkar
Dilihat dari sisi arsitekturnya, rumah gadang ini cukup unik karena memiliki perbedaan yang agak mencolok bentuk rumah gadang pada umumnya.
Biasanya bagian samping kanan dan kiri dari rumah gadang berbentuk lurus, tetapi Rumah Gadang Baanjuang ini pada bagian samping kanan dan kirinya melebar seolah-olah membentuk teras samping, di mana teras samping inilah yang merupakan anjuang.
Selain itu, biasanya lantai bagian anjuang lebih tinggi, tetapi rumah gadang ini lantainya rata atau permukaannya sama dengan lantai pada bagian utama.
Rumah ini terbagi menjadi dua ruangan, yaitu ruangan utama dan ruangan tidur. Ruangan utama merupakan ruangan terbuka yang berukuran 5 x 12,6 m, jadi segala kegiatan yang dilakukan selain di kamar tidur akan terlihat ketika memasuki ruang utama.
Sementara ruangan tidur, sesuai namanya adalah ruangan yang fungsi utamanya sebagai kamar tidur, di mana kamar pertama merupakan kamar untuk keluarga inti sementara kamar lainnya merupakan kamar tamu untuk kerabat yang datang dari luar daerah.
Komplek cagar budaya Nur Sutan Iskandar, terutama Rumah Baca ramai dikunjungi pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah, karena kaya bahan bacaan. Namun beberapa tahun belakangan, pelajar semakin sedikit mengunjungi Rumah Baca peninggalan penulis dan pujangga nasional asal Danau Maninjau tersebut.
Saat ini, Rumah Baca maupun Rumah Gadang Baanjuang yang berada dalam satu komplek ini butuh perhatian lebih dari masyarakat sekitar, agar bisa menjadi salah satu objek wisata yang juga diperhatikan mengingat potensi yang diberikan oleh situs cagar budaya ini masih layak untuk dikembangkan lebih baik lagi.(rilis)