Iklan

Mengupas Filosofi Tradisi Malamang di Minangkabau

04 Agustus 2023, 16:37 WIB


Suluah.id - Lamang adalah makanan khas masyarakat Minangkabau yang terbuat dari beras puluik dengan wadah
dari talang (bambu). Membuat lamang merupakan tradisi masyarakat Minangkabau sejak dahulu dan biasa disebut dengan tradisi malamang.

Lamang dan tradisi malamang menarik dan perlu diketahui lebih jauh terutama keberadaannya dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.

Tradisi malamang merupakan ekspresi masyarakat Minangkabau terhadap bentuk pemenuhan biologis
dan hubungan sosial sesama mereka, baik dalam lingkup kerabat maupun masyarakat yang lebih luas.

Adanya tradisi malamang semakin memperkuat ikatan kekerabatan, solidaritas dan simbol antara orangorang yang sekerabat. 

Artinya, makanan lamang (lemang), sebagai salah satu makanan tradisional,
dan tradisi malamang terkait dengan folk culture nya yakni budaya Minangkabau.

Lamang berbahan dari ketan (puluik) yang dimasak bersama santan dan dikemas dalam wadah bambu, kemudian dimasak dengan perapian atau unggun yang sengaja dibuat untuk itu. 




Makanan lamang (lemang) merupakan salah satu makanan tradisional khas masyarakat Minangkabau, disamping
randang, katupek (ketupat) dan lainnya.

Malamang adalah proses pembuatan yang harus dilakukan untuk membuat lamang, dan tradisi membuat lamang itu lazim disebut dengan tradisi
malamang. 

Umumnya, masyarakat Indonesia khususnya di Pulau Sumatera mengenal makanan berupa lamang (lemang) ini. 
Tradisi membuat lamang atau malamang dapat ditemui di seluruh wilayah Provinsi Sumatera Barat (baca; Minangkabau), baik di daerah darek (darat) seperti Solok, Payakumbuh,
Agam, Tanah Datar, maupun di daerah pesisir pantai seperti Padang, Pariaman, dan Pesisir Selatan. 

Tradisi malamang ini terdapat di juga di daerah lain yang dahulunya merupakan rantau Minangkabau seperti Tapak Tuan (Aceh), Mukomuko (Bengkulu), Kerinci (Jambi), Tebing Tinggi. 




Seiring dengan perkembangan zaman, yang cenderung mengabaikan nilai-nilai tradisional suatu masyarakat, ikut mempengaruhi keberadaan tradisi malamang dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. 

Tradisi malamang ikut termarjinalkan dan bahkan dilupakan oleh masyarakat Minangkabau, ditandai dengan sudah jarang ditemukannya masyarakat Minangkabau yang membuat lamang ketika bulan puasa datang, lebaran haji, perayaan maulud, dan lain-lain, dan dikategorikan sebagai tradisi yang hampir punah di Minangkabau.

Dalam konteks lamang (lemang) pada masyarakat Minangkabau, tentunya tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan Minangkabau, karena tradisi malamang merupakan ekspresi masyarakat Minangkabau terhadap bentuk pemenuhan biologis dan hubungan sosial sesama mereka, baik dalam lingkup kerabat maupun masyarakat yang lebih luas. 

Tradisi malamang semakin memperkuat ikatan kekerabatan, solidaritas dan simbol antara orang-orang yang
sekerabat, dan terkait dengan folk culture nya yakni budaya Minangkabau. (bd) 

Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • Mengupas Filosofi Tradisi Malamang di Minangkabau

Iklan