Oleh Alexander Zulkarnaen *
suluah.id - Satu-satunya ibadah yang diperintahkan kepada kita dan Allah Azza wa Jalla juga turut mengerjakannya adalah shalawat. Berbeda, ketika Allah memerintahkan shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya, hanya hamba yang melaksanakannya.
Hal ini termaktub jelas dalam QS. Al Ahzab 56, “Sungguh Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Hanya saja, shalawat Allah SWT kepada nabi berbeda makna. Imam Al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya, 𝘈𝘭 𝘑𝘢𝘮𝘪 𝘓𝘪 𝘈𝘩𝘬𝘢𝘮 𝘢𝘭- 𝘘𝘶𝘳𝘢𝘯 menjelaskan, shalawatnya Allah kepada nabi Muhammad berarti rahmat dan keridhaan-Nya kepada beliau. Sedangkan shalawatnya para malaikat berarti doa dan permohonan ampun mereka bagi nabi. Adapun shalawatnya umat beliau merupakan doa dan pengagungan terhadap kedudukan Rasulullah SAW.
Pertanyaannya, butuhkah Rasulullah shalawat dari kita umatnya? Ataukah kita yang malah membutuhkan shalawat?
Dalam kitab tafsir 𝘔𝘢𝘧𝘢𝘵𝘪𝘩 𝘢𝘭-𝘎𝘩𝘢𝘪𝘣, Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan hal ini, “Bershalawat kepada nabi bukanlah karena kebutuhan beliau kepadanya. Bila nabi membutuhkan shalawat maka tak ada kebutuhan terhadap shalawatnya malaikat yang bersamaan dengan shalawatnya Allah kepada beliau. Shalawat itu hanya untuk menampakkan pengagungan terhadap beliau, sebagaimana Allah memerintahkan kita untuk mengingat Zat-Nya sementara Allah tak memeiliki kebutuhan untuk diingat. Hal itu semata-mata karena untuk menampakkan sikap pengagungan terhadap Beliau dari kita dan untuk Allah memberikan ganjaran bagi kita atas pengagungan tersebut.”
Sungguh, shalawat menjadi syarat sah dan diterimanya beragam ibadah. Shalat menjadi batal, khutbah menjadi tidak sah dan doa pun tak diterima jika shalawat tidak disertakan di dalamnya.
Bahkan disebutkan dalam riwayat yang dikutip Jalaluddin as-Suyuthi, tobat nabi Adam as juga diterima karena menyebutkan nama Muhammad SAW. Nabi Adam ber-tawassul dengan nama Muhammad. Beliau bermunajat, “Ya Allah, jika aku memohon kepada-Mu dengan nama Muhammad, apakah Engkau sudi mengampuni dosaku?”
Allah bertanya, “Siapa Muhammad” Adam kemudian berkata, “Maha Suci Engkau, ketika Engkau ciptakan aku, aku tengadahkan wajahku menghadap arasy-Mu dan di sana tertulis kalimat Laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah, maka aku tahu bahwa tidak ada seorang pun yang lebih tinggi derajatnya di sisi-Mu kecuali dia yang namanya bersanding dengan nama-Mu.” Allah menjawab. “Hai Adam, dia adalah nabi terakhir dari keturunanmu. Jika bukan karena dia, aku tidak akan menciptakanmu.”
Lantas, khasiat apa yang didapat jika kita bershalawat?
𝗣𝗲𝗿𝘁𝗮𝗺𝗮, 𝗗𝗼𝗮 𝗱𝗶𝗸𝗮𝗯𝘂𝗹𝗸𝗮𝗻. Termasuk adab dalam berdoa adalah mendahuluinya dengan shalawat. “Apabila salah seorang di antara kamu membaca shalawat, hendaklah dimulai dengan mengagungkan Allah Azza wa Jalla dan memuji-Nya. Setelah itu, bacalah shalawat kepada nabi. Setelah itu, barulah berdoa dengan doa yang dikehendaki.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).
𝗞𝗲𝗱𝘂𝗮, 𝗣𝗮𝗵𝗮𝗹𝗮 𝗱𝗶𝗹𝗶𝗽𝗮𝘁𝗴𝗮𝗻𝗱𝗮𝗸𝗮𝗻. Dahsyatnya, sekali kita bershalawat, sepuluh kali Allah bershalawat kepada kita. “Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali, menghapus sepuluh dosanya, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan.” (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
𝗞𝗲𝘁𝗶𝗴𝗮, 𝗦𝘆𝗮𝗳𝗮𝗮𝘁 𝗱𝗶𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝗮𝗻. “Barangsiapa bershalawat kepadaku atau meminta agar mendapatkan wasilah, maka dia berhak mendapatkan syafaatku pada hari kiamat nanti.”
𝗞𝗲𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁, 𝗦𝘂𝗿𝗴𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘁𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗿𝗸𝘂𝗺𝗽𝘂𝗹 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗦𝗮𝗻𝗴 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹. “Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi).
Dalam kitab 𝘒𝘪𝘧𝘢𝘺𝘢𝘵𝘶𝘭 𝘈𝘵𝘲𝘪𝘺𝘢 𝘸𝘢 𝘔𝘪𝘯𝘩𝘢𝘫𝘶𝘭 𝘈𝘴𝘩𝘧𝘪𝘺𝘢, Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi juga menuliskan dengan kalimat yang disusun indah, sepuluh khasiat yang didapat bagi orang yang bershalawat.
1. Shalatul malikil ghaffar (rahmat dari Allah yang maha kuasa dan maha pengampun)
2. Syafa’atun nabiyyil mukhtar (syafaat Nabi Muhammad, nabi pilihan)
3. Al-iqtida bil mala’ikatil abrar (mengikuti tradisi malaikat abrar)
4. Mukhalafatul munafiqin wal kuffar (membedakan diri dari orang munafik dan orang kafir)
5. Mahwul khathaya wal awzar (penghapusan kesalahan dan dosa)
6. Qadha’ul hawa’ij wal awthar (pemenuhan hajat dan harapan)
7. Tanwiruz zawahir wal asrar (penerangan lahir dan batin)
8. An-najatu minan nar (keselamatan dari neraka)
9. Dukhulu daril qarar (masuk ke dalam surga)
10. Salamul azizil jabbar (salam dari Allah yang maha mulia dan kuasa).
Mari perbanyak shalawat kepada nabi sebagai bukti cinta kepadanya. InsyaAllah, shalawat akan menggerakkan kita untuk ber-mujahadah menjalankan sunnahnya.
Pastikan tiada hari tanpa lantunan shalawat kepadanya. Setidaknya sepuluh kali pagi dan petang hari. “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku di pagi hari 10 kali dan di sore hari 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR. at-Tabrani).
Allahua’lam bishshawab.
*)
Guru PAI SMAN 2 Medan Smandu Hebat
Ketua Deputi Humas IKADI SUMUT
Wakil Ketua Majelis Dakwah PW Al Washliyah SUMUT
Pengurus IPQOH (Ikatan Persaudaraan Qori-qoriah dan Hafiz-hafizah) SUMUT