Iklan

FKM Sumbar Gelar "Buni-bunian #1"

25 Oktober 2023, 15:57 WIB


Padang Panjang, pasbana—-Selasa, tanggal 24 Oktober 2023, Forum Komponis Muda Sumatera Barat (FKM Sumbar), menggelar sebuah kegiatan bertajuk "Buni-bunian #1". 
Jumaidil Firdaus selaku perwakilan dari FKM Sumbar mengatakan, Forum Komponis Muda Sumatera Barat adalah forum silaturahmi komponis / composer muda yang ada di Sumatera Barat.
 "Setelah sekian tahun intens mengadakan forum diskusi seputaran komposisi musik, sekarang FKM Sumbar mulai mengadakan agenda silaturahmi karya komposisi musik komponis muda dengan tajuk "Buni-bunian", yang tentunya juga dibarengi dengan diskusi seputar karya komposisi musik tersebut", jelas Jumadil.

Pada malam itu dipergelarkan 5 karya komposisi musik, oleh 5 komponis muda yang berasal dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Pada sesi diskusi, FKM Sumbar mendatangkan pembicara Taufik A Adam, seorang komponis dan multi instrumentalis yang sudah malang melintang di dunia komposisi musik, baik nasional maupun internasional, beliau adalah putra dari tokoh seni Padang Panjang yakni bapak Achyar Adam. 

Para komponis muda yang tampil dalam "Buni-bunian #1” ini adalah: 1) M Hadi Habib - Padang Panjang, 2) M Rafif - Pasaman, 3) Rofri Hendri - Padang Pariaman, 4) Hedrianto - Solok Selatan, 5) Azzura Yenli Nazrita - Palembayan Kab. Agam, Azzura juga menjadi satu-satunya komponis muda perempuan yang tampil malam itu. 

Penampil pertama adalah M Hadi Habib dari Padang Panjang, menampilkan komposisi musik dengan judul "Sodam Kanioan", terinspirasi dari karakter enerjik dendang Ontak Tobuang pada kesenian tradisi Sampelong. Karya ini diwujudkan dengan menggunakan instrumen: vokal, Sampelong, seruling, bansi, talempong, bass elektrik dan gandang tambua. 

Penampil kedua adalah M Rafif dari Lubuk Sikaping, Pasaman. Menampilkan komposisi musik dengan judul "Gojang Sarontak", terinspirasi dari pola ritme kesenian tradisi Gandang Pano yang ada di Pasaman, kemudian mentransformasikan dan mengembangkan pola ritme Gandang Pano tersebut kepada media lain, seperti : akordeon, seruling, gitar akustik, talempong, bass elektrik dan gendang melayu. 

Penampil ketiga adalah Rofri Hendri dari Padang Pariaman. Menampilkan komposisi musik dengan judul "Tabiek Onggo-oi", terinspirasi dari karakter vokal-vokal tradisi yang ada pada kesenian-kesenian tradisi di Padang Pariaman, yang kemudian digarap dan dikembangkan menggunakan media seperti : vokal, sarunai, talempong, katuak-katuak, talempong dan gandang tambua. 

Penampil keempat adalah Hedrianto dari Solok Selatan. Menampilkan komposisi musik dengan judul "Baboiyen", terinspirasi dari lagu tenggi pada kesenian tradisi Saluang Panjang, kemudian dikembangkan dengan menggunakan media seperti : vokal, Saluang Panjang, seruling, kacapi Sunda, kucapi payokumbuah, bass elektrik dan gandang sarunai.

Penampil kelima adalah Azzura Yenli Nazrita dari Palembayan Kab. Agam. Sebagai satu-satunya komponis muda perempuan yang tampil, azzura yang tampil dengan seluruh musisinya yang juga perempuan, terinspirasi dari sebuah fenomena sosial masyarakat, yakni tentang wanita Minangkabau dengan sistem matrilineal menikah dengan laki-laki di luar Minangkabau dengan sistem patrilineal, maka sang anak dari pernikahan tersebut akan memiliki hak waris ganda, dan diakui dikedua suku orang tuanya, hal ini ditafsir azzura dengan seluruh musisinya yang perempuan memainkan karakter musik yang bolak-balik antara lembut dan keras. Media yang digunakan adalah : vokal, seruling, sampelong, kucapi payokumbuah, talempong, bass elektrik dan gandang tambua. 

Kelima komponis dengan komposisi musiknya membawa pengunjung cafe FoodiShe Padang Panjang ke dalam ruang-ruang bunyi baru yang sebelumnya belum pernah hadir di cafe tersebut, terlihat sekali dari ekspresi dan antusiasme pengunjung yang datang ketika mereka menyaksikan karya-karya tersebut dipergelarkan. 

Pada sesi diskusi, Pembicara Taufik A Adam, menegaskan bahwa "ruang-ruang komposisi musik seperti ini perlu untuk terus diselenggarakan, untuk melihat, mengetahui, dan memperkenalkan potensi-potensi seniman muda Sumatera Barat, dan sebaiknya memang diselenggarakan di luar kampus, agar masyarakat juga dapat diberikan apresiasi sehingga komposisi musik ini tidak hanya milik orang-orang akademis".

"Buni-bunian #1" Disupport oleh FoodiShe Padang Panjang, Mayoret Band Studio dan TerbangMelayang.id. Yudi selaku pengelola cafe FoodiShe Padang Panjang, sangat mendukung sekali kegiatan-kegiatan kreatif dan inovatif anak-anak muda bisa diselenggarakan ditempatnya, karna ini ternyata juga sejalan dengan apa yang dia cita-citakan, menjadikan cafe sebagai ruang kreatif anak muda. (Arb) 
Komentar
Mari berkomentar secara cerdas, dewasa, dan menjelaskan. #JernihBerkomentar
  • FKM Sumbar Gelar "Buni-bunian #1"

Iklan