suluah.id - Lubuk Mata Kucing (LMK) bukan sekadar pemandian biasa. Terletak di Padang Panjang, Sumatera Barat, LMK menyimpan jejak sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri. Dimulai dari mata air jernih yang mengalir dari Sungai Batang Singgalang, LMK telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting di masa lampau.
Awal Mula LMK
Pada tahun 1912, Belanda membangun bendungan beton di LMK untuk irigasi sawah. Pembangunan ini melibatkan kerja paksa dan menandai awal mula transformasi LMK. Dua tahun kemudian, pada tahun 1914, Belanda membangun kolam renang sederhana berpagar seng di atas bendungan. Kolam ini diperuntukkan bagi para tentara Belanda sebagai tempat pemandian.
Jejak Penjajahan dan Pergolakan
Pada masa penjajahan Jepang, LMK sempat difungsikan sebagai sumber bahan baku kertas. Jepang membangun lubang-lubang perlindungan di sekitar LMK yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Setelah Jepang mundur, Belanda kembali mengelola LMK hingga Indonesia merdeka.
Pasca Kemerdekaan dan Perkembangan LMK
Sejak kemerdekaan, LMK dikelola oleh berbagai pihak, termasuk kakek dari Marshal Syaf, pengelola LMK saat ini, yaitu M. Syafe'i. Pada tahun 1961, LMK direnovasi menjadi kolam renang berstandar nasional oleh tentara pusat. Sejak saat itu, LMK menjadi destinasi wisata populer bagi masyarakat Padang Panjang dan sekitarnya.
LMK: Saksi Bisu Sejarah dan Destinasi Wisata
LMK telah melalui berbagai periode sejarah dan kini menjadi salah satu ikon wisata Kota Padang Panjang. Kolam renang dengan airnya yang jernih dan panorama alam yang indah menarik banyak pengunjung. Keindahan LMK tak hanya memanjakan mata, tetapi juga membawa kita menyelami jejak sejarah yang terukir di setiap sudutnya.
Catatan Marshal Syaf
Kisah sejarah LMK ini dirangkum dari catatan Marshal Syaf, yang dikenal sebagai Mak Labai oleh masyarakat. Catatan ini menjadi sumber informasi penting untuk memahami perjalanan LMK dari masa ke masa.
Sejarah LMK: Sebuah Warisan Berharga
Sejarah LMK adalah warisan berharga yang patut dilestarikan. Dengan memahami sejarahnya, kita dapat lebih menghargai keberadaan LMK dan menjaga kelestariannya sebagai aset wisata dan budaya Kota Padang Panjang.(budi)