Suluah.id - Dalam mengejar karir dan kesuksesan finansial, banyak dari kita rela menghabiskan waktu berjam-jam di kantor atau bekerja ekstra hingga larut malam.
Namun, apakah upaya keras ini benar-benar sebanding dengan risikonya? Studi terbaru dari New York University mengingatkan kita agar berhati-hati terhadap jam kerja berlebihan yang dapat memicu depresi saat memasuki usia paruh baya.
Profesor Wen-Jui Han, seorang ahli kesehatan masyarakat, mengungkapkan temuan mengejutkan dalam penelitiannya.
Dengan menganalisis data dari lebih dari 7.000 orang berusia 40 hingga 50 tahun, Han menemukan bahwa mereka yang bekerja lebih dari 55 jam per minggu memiliki risiko dua kali lipat mengalami depresi dibandingkan dengan mereka yang bekerja 35-40 jam per minggu.
"Jam kerja yang berlebihan dapat menyebabkan stres kronis dan ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi," jelas Han.
"Ini pada gilirannya dapat memperburuk kesehatan mental dan meningkatkan kerentanan terhadap depresi."
Depresi sendiri adalah kondisi serius yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan.
Gejala seperti perasaan sedih berkepanjangan, hilangnya minat, gangguan pola tidur dan makan, serta kesulitan berkonsentrasi dapat menghambat produktivitas dan mengganggu hubungan interpersonal.
Temuan ini mengingatkan kita untuk memprioritaskan keseimbangan hidup yang sehat. Meskipun kebutuhan finansial dan ambisi karir tidak dapat diabaikan, kesehatan mental juga harus menjadi pertimbangan utama.
Menerapkan batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, meluangkan waktu untuk kegiatan rekreasi, dan mencari dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman dapat membantu mencegah kelelahan dan stres berkepanjangan.
Pada akhirnya, kesuksesan yang sejati bukan hanya diukur dari pendapatan atau status, tetapi juga dari kesehatan mental dan kesejahteraan yang baik.
Dengan menjaga keseimbangan yang tepat, kita dapat mengejar ambisi kita tanpa mengorbankan kesehatan kita di kemudian hari. (Budi)
