Suluah.id - Minangkabau selalu menarik perhatian dengan sistem adat matrilinealnya yang unik dan sejarah yang kaya. Namun, di balik itu, banyak cerita yang jarang diketahui, termasuk sejarah Suku Jambak.
Tidak seperti suku lainnya yang berkembang dari dua induk utama, Koto Piliang dan Bodi Caniago, Suku Jambak memiliki asal-usul yang berbeda, penuh warna, dan layak diangkat sebagai bagian dari kekayaan budaya Minangkabau.
Asal-usul Suku Jambak: Perjalanan dari Tanah Tiongkok
Sejarah mencatat bahwa Suku Jambak tidak berakar dari dua suku utama Minangkabau, melainkan berasal dari komunitas pengembara asal Tiongkok. Dalam catatan yang berkembang, kelompok ini dikenal sebagai suku Campa, dipimpin oleh seorang raja perempuan bernama Hera Mong Campa, yang konon berasal dari Mongolia.
Kedatangan suku Campa ke wilayah Koto Tuo, Minangkabau, disebut-sebut melalui perjalanan panjang yang penuh perjuangan. Mereka tidak hanya singgah, tetapi juga melakukan ekspansi dengan menaklukkan penduduk setempat. Beberapa kelompok yang kalah perang memilih pindah ke wilayah lain, seperti Kayu Tanam di Pariaman, yang kemudian berkembang menjadi Suku Sikumbang.
Proses Perubahan Identitas: Dari Campa ke Jambak
Dari perjalanan panjang suku Campa di tanah Agam, terjadi transformasi identitas menjadi Suku Jambak. Penyebutan ini konon terinspirasi dari kebiasaan masyarakat setempat dalam memberikan nama baru untuk komunitas yang menetap.Kehadiran mereka juga membentuk pola kehidupan khas. Salah satu ciri unik Suku Jambak adalah kecenderungan hidup berkelompok. Tidak heran jika di berbagai wilayah Sumatra Barat, seperti Pasaman, Lubuk Alung, Bangkinang, hingga Taluk Kuantan, terdapat kampung dengan nama "Kampuang Jambak."
Keunikan dan Tradisi Suku Jambak
Suku Jambak memiliki beberapa kebiasaan dan tradisi yang menarik. Mereka dikenal sebagai masyarakat yang cenderung pendiam, tidak suka mencari masalah, dan lebih memilih harmoni.
Namun, yang paling unik adalah keyakinan bahwa pesta yang diadakan oleh suku ini sering kali "diiringi" oleh hujan. Konon, ini adalah hasil sumpah Hera Mong Campa yang pernah memohon hujan di masa kekeringan panjang.
Secara genetik, ada keunikan lain: banyak anggota Suku Jambak yang mengalami gangguan pendengaran di usia lanjut. Kebiasaan mereka dalam menamai wilayah baru dengan nama suku juga menjadi ciri khas, menunjukkan semangat mempertahankan identitas.
Penyebaran dan Struktur Suku Jambak
Menurut beberapa literatur, Suku Jambak berkembang menjadi empat suku besar, yaitu Suku Salo, Kateanyia, Harau, dan Patopang. Namun, ada juga pendapat yang menyebutkan mereka terpecah menjadi tujuh suku, yang dikenal dengan istilah "Jambak Tujuah Janjang."
Melestarikan Jejak Sejarah yang Mulai Pudar
Sayangnya, seperti banyak cerita sejarah lainnya di Minangkabau, kisah Suku Jambak sering kali hanya bertahan dalam tradisi lisan dan belum banyak didukung penelitian ilmiah. Padahal, cerita ini bisa menjadi bahan berharga untuk menggali lebih dalam tentang keragaman budaya dan sejarah Minangkabau.
Dengan melestarikan kisah seperti ini, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga mengenalkan kepada generasi muda bahwa Minangkabau adalah tanah yang kaya akan keberagaman, di mana setiap suku memiliki cerita uniknya sendiri.
Referensi Pendukung
Untuk mendalami lebih jauh, beberapa literatur terkait sejarah Minangkabau dan tradisi matrilinealnya bisa dijadikan rujukan, seperti:
- "Tambo Minangkabau" yang mengisahkan sejarah awal masyarakat Minangkabau.
- Kajian antropologi tentang matrilineal Minangkabau oleh Mochtar Naim.
- Penelitian sejarah lokal oleh tim akademisi Universitas Andalas.